Penyair

Penaku cahaya, tintaku airmata
T'lah beribu satuan waktu kutulis syair dan sajak
Pada nadiku terukir barisan katakata
yang kemudian beranak pinak
Pada jantungku terhunjam pusara keabadian
Nyawaku sembilan,melekat dalam berlembarlembar daun lontar
Dari tangisku riuh mengalir bahasa sunyian
yang menghembus puisi di kaca berembun
Aku adalah perempuan yang terbenam dalam
kubangan katakata

Rupanya zaman pun berubah wajah
Waktu dan roda raksasanya kian jengah
menungguku
Lalu ia beranjak
Menggilas lembaran puisi yang kugantung di langit senja
Duh, tertatih aku memunguti katakata
dan tanda baca yang terserak

Maka sirna
Melenyap segenap rasa yang kubekukan dalam prasasti mimpi
Menguap segenap nyawa yang kuhembus pada syairsyairku

Oh, bidadari surga !
Kutagih lembaran bianglala yang pernah kaujanjikan padaku
Sungguhpun lidahku mulai kelu
Harus kutuliskan waktu yang mengikis imajiku
Harus kuceritakan kisah yang menjelajah jiwaku

Sayup kudengar pena dan tinta, teman sejatiku, berujar
: "Sudahlah, hai Penyair
Berhenti saja kau mengukir puisi dan syair
di dindingdinding batu."
Aku pun terduduk lemas
Lalu bagaimana hendak kuwujudkan
mimpi terbesarku 'tuk mengubah dunia dengan syair sajakku ?

080110

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 comment:

Post a Comment