Di Selasar Senja, Aku . . . (tentang Mimpi yang Luka)
Di rerimbun bola matamu, aku terpasung
Mereguk telaga cahaya yang kau hampar
di bawah sebias purnama
Di lebat alas belukarmu, aku tersesat
Menghirup aroma surga yang kau semai
di bawah rinai hujan
Hatiku berlutut dan menghamba pasrah
Bibirku tak kuasa berucap kata
. . . engkaukah ?
Dan ketika runtuhlah dindingdinding batu
yang memagari tanah mimpimimpi,
terpagut nafasku terhanyut nyawaku
Ada bianglala yang terbias dari swargaloka
Bidadari berjatuhan dari semesta jingga
Duh, nyatanya tangisku melaut samudera !
Hujan darah pun memerah di altar senja
Duh, padahal jemariku meremas kepingan luka !
Pernah kutitipkan hatiku
'tuk kautumbuhkan padanya bebunga rindu
Lalu kau beranjak datang
Membawa belatimu, mengoyak kelenjarku
Ia mati berkubang sembilu
Maka kepada siapakah berjuta kemilau airmata ini
harus kualamatkan ?
Hanya namamu yang tergurat nyata di sudutku
Dalam gelap, sayang
Hanya dalam gelap kupuja siluet tubuhmu
Wangimu semerbak memenuh kuil pemujaanku
Ah, ekstasi abadi . . .
Dan ketika tarian bumi pun serentak terhenti
Biar langit terbelah, biar bumi merekah
Aku masih terpasung di bola matamu
Aku masih tersesat di alas belukarmu
Aku masih berperang melawan mimpimimpiku
080110
* and it's already filled the soul : pain, sickness
since suffering is the fruit of dreams :)
0 comment:
Post a Comment